Catatan Optimistik pada 30 Tahun SMA Taruna Nusantara

“Cukup 10% saja alumni SMA ini berhasil mewarnai Indonesia, maka kami sudah bahagia…”

Kira-kira begitulah cita-cita para pendiri SMA Taruna Nusantara Magelang, ketika merancang dan kemudian mewujudkan suatu SMA berasrama dengan muatan pendidikan berwawasan kejuangan, kebangsaan, dan kebudayaan. Suatu SMA yang menyeimbangkan pendidikan karakter (kepribadian), intelektual, dan kesamaptaan jasmani. Sebagian besar para pendiri itu, sudah menghadap sang ilahi. Semoga Tuhan menempatkan mereka di sisi terbaiknya.

Sekolah berusia 30 tahun, belumlah cukup umur. Ibarat seorang manusia, usia 30 adalah saat-saat mencari jati diri yang sesungguhnya. Menuju penemuan jati diri. Apakah saat ini saya sudah benar-benar menjalani hidup sesuai jati diri? Seperti apakah jati diri saya? Yang mana jati diri saya? Apakah tujuan saya hidup? Dan beragam pertanyaan senada lainnya.

Di Indonesia, terdapat begitu banyak SMA berusia senior. Di atas 40 tahun. SMA-SMA negeri di kota-kota besar, rata-rata berusia di atas 40 tahun. Bahkan ada yang usianya lebih tua dibanding Indonesia. Di Surabaya misalnya, ada SMA Komplek yang di dalamnya terdapat SMAN 1, SMAN 2, SMAN 5, dan SMAN 9. Konon, cikal bakal sekolah ini berdiri pada 1923, masih pada zaman Belanda dan bernama Hogere Burger-School Surabaya (HBS Surabaya). Di komplek inilah, presiden pertama Indonesia Sukarno menimba ilmu.

Selain SMA Negeri, SMA swasta pun sudah banyak yang berusia senior. SMA Muhamadyah Yogyakarta misalnya, yang berdiri pada 1948. Atau Perguruan Taman Siswa yang sudah mulai mendirikan sekolah sejak 1922. Banyak lagi SMA lain berusia senior di berbagai daerah. Kiprah dari para alumnus sekolah-sekolah senior itu sudah terlihat, terbukti, dan mewarnai bangsa ini di berbagai bidang.

B.J. Habibie dan Ainun merupakan lulusan SMA Kristen Dago Bandung, yang sudah berdiri sejak tahun 1950. Gus Dur adalah lulusan Pesantren Tegal Rejo Magelang dan Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang. Dua pesantren yang sudah berdiri sejak zaman penjahahan Belanda. Megawati lulusan Perguruan Cikini, suatu lembaga pendidikan yang berdiri pada 1942. SBY lulusan SMAN 1 Pacitan yang sudah berdiri sejak 1963. Jokowi adalah lulusan SMPP Solo (kemudian menjadi SMAN 6), yang sudah berdiri sejak 1975. Orang-orang top Indonesia merupakan hasil dari sekolah-sekolah tua, yang sampai sekarang masih eksis.

Bagaimana dengan alumni SMA Taruna Nusantara?

Pada usianya yang ke-30 pada 14 Juli 2020 ini, para pendiri yang sudah mendahului seharusnya bisa tersenyum bahagia di alam sana. Semoga. Para pendiri yang masih ada seperti Pak Try Sutrisno, Pak Adnan Ganto, dan Pak Husein Ibrahim, semoga juga dapat tersenyum bangga. Apa yang mereka impikan dulu, mulai menjadi kenyataan. Beberapa alumni menunjukkan kiprahnya mewarnai bangsa ini. Berapa jumlahnya? Sudahkah mencapai 10%?

Di bidang militer, sudah puluhan bocah Pirikan yang berpangkat kolonel. Beberapa di antaranya, bersiap-siap meraih bintang. Pun demikian di kepolisian. Puluhan Ikastaran berpangkat komisaris besar (Kombes) dan beberapa di antaranya menyiapkan diri menyandang bintang di pundak. Mereka – para kolonel dan kombes itu – dipercaya di beberapa pos penting, termasuk menjadi ajudan presiden.

Di bidang pemerintahan sipil, beberapa alumnus sukses menempati posisi penting. Bahkan sudah ada yang meraih level tertinggi ASN yaitu eselon 1. Seperti di jenjang karier militer dan kepolisian, tidak mudah meraih posisi puncak. Di BUMN, sudah dua putra terbaik SMA TN yang menduduki posisi direktur. Semoga beberapa waktu ke depan terus bertambah.

Di bidang akademik, lebih dari 100 alumni SMA TN berhasil meraih gelar tertinggi S3 (Doktor) baik dari perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan salah satunya sudah mendapatkan kehormatan tertinggi sebagai guru besar (profesor) di Universitas Gajah Mada, serta seorang lagi menjadi rektor perguruan tinggi di Palembang.

Di bidang lainnya, kiprah alumni SMA TN juga tak kalah membanggakan. Mereka menjadi pioner di bidang pendidikan, pemimpin perusahaan besar dan kecil, pengusaha, seni budaya, serta peran lainnya. Sekecil apapun peran itu, selama positif, pasti akan mewarnai negeri. Energi yang sama seperti cita-cita para pendiri.

Yang paling menarik di bidang politik. Kiprah alumni SMA Taruna Nusantara akan sangat menentukan pada Pemilu 2024 mendatang. Dua partai politik besar, yaitu Partai Gerindra dan Partai Demokrat, dikawal oleh bocah-bocah Pirikan. Posisi mereka tidak main-main di kedua partai tersebut. Yang satu menjabat sebagai wakil ketua umum, dan yang satu lagi adalah ketua umum. Ya, Ketua Umum Partai Demokrat saat ini adalah alumnus SMA Taruna Nusantara Magelang. Ikastaran juga tersebar di beberapa parpol lainnya seperti PDI P, Golkar, PAN, dan PKPI.

Perlahan tapi pasti, bocah-bocah Pirikan terus bergerak, berkiprah, dan mewarnai bangsa ini dengan karya terbaik. Sesuai pesan para pendiri. “Di manapun berada memberikan karya terbaik bagi bangsa, negara, dan dunia.” Di berbagai bidang kehidupan. Semoga Allah swt., Tuhan semesta alam, meridho seluruh langkah kita.

Usia 30 memang masih muda. Sering dianggap belum cukup umur. Akan tetapi, karya terbaik tak jarang lahir dari mereka yang dianggap belum cukup umur itu.

Dirgahayu SMA TN!

Penulis :

Dodi Mawardi, dkk (Bidang Informasi TNSI)

One thought on “Catatan Optimistik pada 30 Tahun SMA Taruna Nusantara

  • 18 November 2020 at 22:00
    Permalink

    Salam hormat dari lulusan Hoogere Burgere School 1923 yang kini menjadi SMAN 5 Surabaya. Semoga kita sama-sama bisa menorehkan tinta emas dalam negeri ini

    Reply

Leave a Reply to Maulana Hanif Ibrahim Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *