Saatnya IKASTARA Naik Kelas
Kenapa IKASTARA Wajib Naik Kelas?
Pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, tentang SMA Taruna Nusantara akhir tahun 2019 sangat menarik dan menghentak pikiran terdalam. Dia hadir langsung melantik Kepala baru SMA Taruna Nusantara.
“SMA TN bukan sekolah biasa…” Begitulah kalimat singkat yang diucapkannya sebagai alasan kehadirannya di SMA TN.
Karena tak biasa, maka Prabowo hadir. Karena tak biasa, maka Prabowo mengangkat seorang pensiunan bintang dua yang catatan karirnya cemerlang Mayjen (purn) Tono Suratman sebagai kepala SMA TN. Karena tak biasa, maka Prabowo mengangkat salah satu orang kepercayaannya Sugiono sebagai Ketua LPTTN, lembaga yang menaungi SMA TN.
SMA TN memang bukan sekolah biasa. Dia berada di bawah kendali Kementrian Pertahanan. SMA TN pun lahir dari orang tak biasa. Dia lahir dari visi besar Jenderal (purn) L.B. Moerdani. Lulusan SMA TN pun bukan alumni biasa. Mereka dicanangkan pendirinya menjadi para lokomotif dan pemimpin bangsa di berbagai bidang.
Sungguh tepat pada waktu yang pas, dengan gerbong perubahan di Kemenhan, ikatan alumni pun berubah. Naik kelas. Sudah saatnya. Ikatan alumni wajib dapat mengimbangi langkah LPTTN dan SMA TN. Ikatan alumni harus mampu berperan lebih besar daripada sekadar kekuatan ke dalam.
Ibarat kereta api, ikatan alumni adalah lokomotif yang membawa banyak gerbong. Kini gerbongnya sudah bermetamorfosis. Sekarang gerbongnya sudah menjadi kupu-kupu muda, yang dapat terbang ke manapun. Kereta ini sudah memasuki wilayah baru dengan tantangan baru. Lokomotif yang sudah berusia 25 tahun, perlu naik kelas. Butuh restorasi. Atau bahkan reformasi.
Kereta alumni semakin dilirik banyak pihak. Kereta alumni kian mendekati impian para pendiri SMA TN. Sudah banyak gerbong yang tampil dan mengharumkan keretanya. Lokomotif harus lebih kuat, dan lebih berdampak. Dampak ke dalam, dan juga dampak ke luar.
IKASTARA, bukan ikatan alumni SMA biasa. IKASTARA punya visi dan misi setara dengan visi dan misi SMA TN. Senada dengan visi dan misi para pendirinya. L.B. Moerdani mengatakan, proses pendidikan di SMA TN baru bisa dipetik hasilnya 30 tahun setelah berdiri. Sekaranglah saatnya (1990-2020). Dia tak muluk-muluk berharap, cukup 10% alumni sukses, maka SMA TN sudah berhasil.
IKASTARA bisa berperan besar dalam harapan itu. Kontribusi para gerbong kereta IKASTARA sudah cukup banyak dan tersebar di berbagai bidang. Sebagian sudah level nasional dan internasional. IKASTARA sebagai lokomotif dapat berfungsi sebagai penyambung, pengikat, pembimbing, pembela, dan bahkan sebagai pengungkit (leverage) seluruh anggotanya. IKASTARA pun mesti menjadi ikon dan lambang kebanggaan para anggotanya.
Sebagai penyambung, IKASTARA dapat berperan besar menyambungkan visi dan misi SMA TN serta cita-cita awal pendiri, selepas alumni meninggalkan Pirikan. Karakter (etika, moral, dan mental) harus dijaga tetap berintegritas dan Merah Putih. Meminimalisir deviasi karakter.
Sebagai pengikat, IKASTARA dapat berfungsi sebagai perekat persatuan kebhinekaan alumni sekaligus lokomotif terdepan dalam merawat kebhinekaan bangsa.
Sebagai pembimbing, IKASTARA dapat menjaga dan meningkatkan kualitas alumni sesuai dengan tujuan para pendiri. Marwah itu wajib dilestarikan dimanapun berada dalam memberikan karya terbaik baik bangsa, negara, dan dunia.
Sebagai pembela, IKASTARA menjadi yang terdepan dalam membela alumni yang berkiprah di berbagai bidang. Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan (ATHG) makin kencang bertiup. Alumni butuh wadah yang lebih kuat dalam menghadapinya.
Sebagai pengungkit, alumni membutuhkan wadah yang berkualitas dan berintegritas dalam mendongkrak kualitas kompetensi dan karakter yang diakui semua pihak, baik pada tingkat nasional maupun internasional.
Untuk itulah dibutuhkan sosok yang tepat, dalam membangun IKASTARA wajah baru. IKASTARA yang lebih berdampak. Meleverage anggotanya, sekaligus semakin berkontribusi bagi bangsa dan negara serta dunia. Alumni angkatan pertama (TNSatu) SMA TN, bukanlah yang terhebat. Di banyak bidang, terdapat adik-adik alumni yang lebih hebat. Mereka luar biasa.
Namun seperti ketika pertama kali membangun ikatan alumni, angkatan pertama adalah pionir, pendobrak, dan teladan. Wajar, jika kini ketika tuntutan zaman mendorong IKASTARA berubah, alumni angkatan pertama tampil sebagai yang terdepan. Bukan kebetulan jika TNSatu punya sosok yang tepat dalam diri Prof. Ir. Teuku Faisal Fathani, Ph.D.
Tuhan sudah menggariskannya. 30 tahun setelah SMA TN berdiri. Alumni menjadi ketua LPTTN. Bintang dua menjadi kepala SMA. Dan kiprah banyak alumni yang sudah menjelang puncak karier mereka. Tepat, jika masinis pembawa perubahan lokomotif itu berada padapada diri sang profesor. Tentu dengan dukungan seluruh alumni, terutama angkatan pertama. Sehebat apapun seorang profesor, dia tak dapat bergerak sendirian.
Sungguh bukan kebetulan juga ketika pada tahun 1990, seorang profesor bersedia menurunkan “derajatnya” menjadi kepala SMA Taruna Nusantara. Padahal dia lebih layak menjadi rektor. Itulah Prof. Dr. Tarwotjo, MSc. Banyak yang heran dan bahkan nyinyir. Namun waktu sudah membuktikannya. Di tangan sang profesor, lahir gerbong-gerbong berkualitas.
Kini, 2020, 30 tahun setelahnya seorang profesor bersedia mewakafkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memimpin lokomotif alumni SMA Taruna Nusantara (Ikastara). Padahal mungkin lokomotif yang pas buatnya adalah di ikatan alumni perguruan tinggi. Waktu akan membuktikan, sang profesor mampu menaikkan kelas lokomotif bernama IKASTARA.
Mari bergandengan tangan untuk IKASTARA yang lebih baik. IKASTARA untuk Bangsa.
Optimistis. Semoga.
Penyusun :
Dodi Mawardi dkk (Tim Informasi TNSatu Institute)