Ini Dia Wajah Baru Ikastara 2020-2023
“Dua kandidat sudah bersepakat untuk konsolidasi, dan tugas kita di Munas ini adalah untuk bermusyawarah menyepakati dan memutuskannya. Apakah ada yang tidak setuju dengan konsolidasi ini? Satu… dua… tiga… Tidak ada. Dengan demikian, kita semua mufakat dan Munas menetapkan saudara Prof. Teuku Faisal Fathani, PhD., sebagai Ketua Umum Ikastara periode 2020-2023. Tok tok tok…”
Kira-kira demikianlah kalimat Ketua Sidang Musyawarah Nasional (Munas) Ikastara IX Ari Juliano Gema, ikut menorehkan sejarah dalam Ikastara. Pemilihan Ketua Umum Ikatan Alumni SMA Taruna Nusantara dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan nilai-nilai Sila Ke-4 Pancasila, yang sudah dilupakan sebagian anak bangsa.
Proses menuju konsolidasi kedua calon ketua umum hingga melahirkan musyawarah mufakat ini tidak mudah. Pada awalnya, kedua tim lintas angkatan menilai adanya kesamaan visi-misi dan platform, kemudian bersama-sama menyusun blueprint dan membangun arsitektur organisasi Ikastara ke depan.
Setelah melalui pembahasan panjang dalam Munas IX ini, Anggaran Dasar pun telah disetujui dan ditetapkan. Dalam Angaran Dasar Ikastara Pasal 15 secara tegas disebutkan bahwa semua keputusan yang diambil dalam Munas, berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Pemungutan suara hanya dilakukan jika mufakat tak tercapai. Anggaran Dasar yang telah ditetapkan ini tentu levelnya lebih tinggi dibanding Rekomendasi Munas sebelumnya. Hal itu pula yang kemudian menjadi dasar dilaksanakannya musyawarah untuk mufakat dalam penetapan ketua umum ke-7 Ikastara.
Wajah Baru tapi Lama
Sejak awal proses pergantian kepemimpinan Ikastara, beberapa kalangan alumni sudah menyuarakan perlunya perubahan dalam organisasi ini. Mereka menyebutnya sebagai naik level. Level sekarang sudah bagus, tapi harus dinaikkan. Bukan hanya hebat dan aktif dalam lingkungan internal, namun harus juga mampu mensejajarkan diri dengan organisasi lain di level nasional. Suatu kenaikan level yang membutuhkan energi besar. Itulah sebabnya, sebagian anggota yang dimotori oleh angkatan pertama mendorong tokoh terbaik alumni untuk menjadi ketua umum. Seorang profesor yang integritas, kapasitas, dan kredibilitasnya bukan hanya diakui secara nasional, namun juga secara internasional. Dialah Prof. Faisal, penemu alat deteksi dini multi-bencana, yang sudah diimplementasikan di 32 provisinsi di Indonesia dan di manca negara.
Hadirnya Prof. Faisal sebagai pemimpin Ikastara diharapkan mampu mendongkrak organisasi ini lebih cepat ke level yang dituju. Ikastara harus mampu berkiprah lebih luas secara nasional, bahkan internasional. Apalagi dalam beberapa tahun ke depan, beberapa anggota Ikastara akan menduduki beberapa posisi kunci, di berbagai bidang. Anggota Polri dan TNI sudah mulai meraih bintang. Sejumlah akademisi menyusul Faisal menjadi profesor. Para ASN mulai menduduki jabatan esolon I. Para profesional semakin banyak yang meraih posisi puncak. Perlu organisasi alumni yang lebih kuat sebagai penyeimbang dan penopang pergerakan para alumni.
Terpilihnya Prof. Faisal meningkatkan posisi tawar organisasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ikastara adalah partner buat SMA Taruna Nusantara, dan juga untuk lembaga yang menaunginya yaitu Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara (LPTTN). Bukan kebetulan jika saat ini Ketua LPTTN dijabat oleh seorang alumnus SMA TN, anggota Ikastara. Tentu, kondisi tersebut akan sangat menguntungkan untuk posisi Ikastara. Selama ini perjuangan Ikastara dalam membantu menjaga marwah SMA sesuai visi pendiri bangsa, kadang terbentur masalah nonteknis.
Prof. Faisal bukan wajah baru di Ikastara. Mungkin selama ini sebagian anggota jarang melihatnya aktif di Ikastara. Apalagi di hadapan para anggota junior Ikastara. Padahal, Prof Faisal adalah wakil ketua umum Ikastara periode 1994-2003, periode pertama organisasi ini. Putra kelahiran Aceh ini, wajah baru tapi lama.
Pendidik Tulen
Sejak lulus dari program sarjana Universitas Gajah Mada sampai sekarang, Prof. Faisal berkiprah di bidang pendidikan. Terbiasa mengajar, membagi ilmu, memberi inspirasi, dan melakukan riset. Dia sukses menemukan alat deteksi dini multi-bencana serta radar cuaca untuk keselamatan penerbangan dan pelayaran, yang kemudian dipakai secara luas di Indonesia dan di manca negara. Dia sudah mencatatkan beberapa paten di bidang inovasi teknologi kebencanaan. Namanya menjulang di kalangan para ahli kebencanaan dunia hingga diangkat sebagai Wakil Presiden International Consortium on Geodisaster Reduction (ICGdR) (2013 hingga sekarang) dan ditetapkan sebagai Adjunct Professor on Geodisaster Reduction oleh UNESCO (2018-2022). Berkali-kali Prof Faisal memimpin sidang internasional bidang kebencanaan, termasuk sidang ISO TC 292 Emergency and Resilience. Sang Profesor sudah mengharumkan nama Indonesia di belantara intelektual dunia. Membanggakan.
Sebagai pendidik, ia menjaga betul integritasnya. Hal yang sangat dibutuhkan oleh organisasi seperti Ikastara, yang bergerak di dua bidang; Sosial dan Pendidikan. Sungguh, Ikastara beruntung memiliki anggota sekelas Prof Faisal, dan kita semua dapat berharap di tangannya organisasi ini benar-benar naik level seperti yang diharapkan. Level pantas berkiprah di kancah nasional dan internasional, dengan anggota berkualitas dan kompeten seperti sang Ketua Umum.
Dalam mengemban amanah ini, Ketua Umum terpilih akan berkolaborasi dan bersinergi dengan Wakil Ketua Umum yang juga akan merangkap sebagai Ketua Harian, yaitu saudara Hafif Assaf, alumni Angkatan ke – 7. Hafif telah menyelesaikan studi Pasca Sarjana di Adelaide, Australia dan pernah menjadi Presiden PPIA (Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia) di Australia Selatan.
Saat ini Hafif bekerja sebagai seorang professional di Industri Hulu Migas (Medco E&P) dan menjalankan Studi Doktoral di Universitas Padjadjaran, Bandung. Hafif juga aktif di berbagai kepengurusan asosiasi terkait di bidang Industri Hulu Migas dan sektor energi.
Selamat bekerja Prof. Faisal, Saudara Hafif dan seluruh Pengurus Pusat Ikastara 2020-2023, untuk memberikan karya terbaik bagi bangsa, negara, dan dunia!
Penyusun :
Dodi Mawardi dkk (Tim Informasi TNSatu Institute)